Beranda » POLITIK » Nggak Punya Hati! Demi Kampanye, Ratna Dikorbankan

Nggak Punya Hati! Demi Kampanye, Ratna Dikorbankan

Sebagai orang yang tidak suka dengan kebohongan, fitnah dan penghianatan, saya tidak suka dengan Ratna Surampaet. Sebagai orang yang cinta damai, saya juga tidak suka dengan segala provokasi dan propaganda yang dilakukan oleh Ratna.

Tapi sebagai sesama manusia, sebagai anak yang begitu hormat pada seorang ibu, saya tidak bisa menyalahkan Ratna Surampaet seutuhnya. Seolah dia harus dihukum dan dihabisi karir politiknya sebagai Juru Kampanye Prabowo Sandiaga.

Maka ketika Sandiaga menyatakan akan melaporkan Ratna Surampaet ke Polisi, nurani saya bilang: Sandiaga tak punya hati! Gerindra, Demokrat, PAN dan PKS tak punya hati! Hanya untuk sebuah operasi khusus pembentukan opini menyerang Jokowi, Ratna sebagai loyalis mereka harus dikorbankan.

Begini... bagaimanapun hoax Ratna dianiaya oleh orang tak dikenal ini merupakan hoax yang terstruktur, sistematis dan massif. Terencana, disengaja dan bersama-sama. Jadi tidak bisa kita membebankan seluruh kesalahan kepada Ratna Surampaet. Karena dia hanya korban politik praktis.

Jauh sebelum Ratna mengakui kesalahannya, jauh sebelum polisi menginvestigasi kasus yang menimpa Ratna, Seword adalah satu-satunya portal opini yang dengan jelas mengatakan bahwa itu hoax. Di saat orang-orang masih ragu apakah Ratna dianiaya atau operasi plastik, penulis-penulis Seword sudah dengan gamblang menjelaskan bahwa itu hoax.

Kenapa para penulis-penulis Seword begitu yakin? Padahal mereka hanyalah warga biasa dengan beragam latar pekerjaan. Jawabannya adalah, karena bagi kita, operasi plastik bukanlah sebuah kejadian langka. Kita sudah biasa melihat wajah yang bonyok-bonyok begitu pasca operasi. Kita juga sudah pernah lihat operasi plastik yang gagal dan membuat wajah pasiennya bonyok permanen.

Pada kenyataan yang lain, orang-orang seperti Prabowo, Sandiaga, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rizal Ramli, Rachel Maryam, Nanik Deang, Ferdinan Hutahaen, Arief Puyono, Natalius Pigai, Fahira Idris, Habiburrokhman, Hanum rais, Said Didu, Eggy Sudjana, Captain Firdaus, Dahniel Azhar kompak membenarkan bahwa apa yang terjadi pada Ratna adalah penganiayaan.

Sampai di sini, secara otomatis kita jadi bertanya-tanya, apakah penulis-penulis Seword yang merupakan warga biasa itu jauh lebih memiliki analisis dan pengetahuan tentang operasi plastik? Apakah para elite-elite partai, mantan menteri, pengusaha klimis yang paham soal perawatan, hingga capres yang sudah berkali-kali kalah dalam kontestasi politik itu bisa dengan mudahnya kita percayai bahwa mereka memang dibohongi? Korban hoax?

Secara kemungkinan, mereka yang menyebar propaganda dan hoax bahwa Ratna Surampaet dianiaya, bahkan lengkap dengan cerita termehek-mehek dan kronologi hoaxnya, mereka adalah orang-orang yang jauh lebih paham soal perawatan kulit. Apalagi Fahri Hamzah yang istrinya merupakan dokter bedah, masa iya membiarkan suaminya masuk dalam pusaran kebodohan dan hoax? hahhaha….

Lalu sekarang kita dipaksa percaya bahwa Ratna berbohong dan melakukan hoax atas inisiatif sendiri? lagi-lagi saya jadi teringat dengan Abraham Lincoln. “kamu bisa membohongi semua orang beberapa saat, membohongi beberapa orang setiap saat, tapi kamu tidak bisa membohongi semua orang setiap saat.”

Dalam kasus hoax Ratna, dia bisa membohongi semua orang setiap saat. Jika Ratna tak mengaku bahwa dirinya berbohong, mungkin hingga saat ini, semua tokoh dan elite partai politik itu masih meyakini bahwa Ratna dianiaya. Pertanyaannya? Apa iya? Haha

Kepada seluruh elite partai Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat, saya ingin sampaikan begini. Kalian mungkin lebih kaya, lebih pintar, lebih cerdas dan punya jabatan. Jauhlah dibanding kami-kami ini. Sehingga saat kalian mengaku tertipu secara berjamaah sementara kami malah sebaliknya, tidak tertipu atau minimal tidak langsung percaya bahwa itu penganiayaan, ini melanggar logika dasar. Tidak mungkin terjadi, tidak ada kemungkinannya, sekecil apapun!

Apalagi ditambah dengan sejarah panjang hoax dan propaganda di kubu koalisi kardus. Mulai dari obor rakyat, quick count abal-abal, Saracen hingga aki korslet Neno Warisman dianggap sabotase, lalu sekarang kami dipaksa percaya bahwa hoax Ratna Surampaet atas inisiatif sendiri, kesalahan sendiri, dan kalian tidak ikut-ikut? Eh bangs*t! Kami tak sebodoh itu. Ini era demokrasi Bung! Jangan anggap kalian masih bisa membodoh-bodohi masyarakat seperti jaman mertuanya Prabowo.

Dasar kalian memang tak punya hati! Hanya untuk sebuah kepentingan politik dan kampanye, kalian mainkan semua propaganda dan provokasi, menyerang pemerintahan Jokowi. Sebegitu nafsunyakah kalian untuk berkuasa?

Terakhir, kami sebagai warga biasa marah bukan hanya karena hoax dan propaganda politik yang kalian mainkan untuk menyerang Presiden. Lebih dari itu, kami marah karena kalian menganggap kami masyarakat Indonesia masih bodoh dan bisa dibodoh-bodohi. Begitulah kura-kura.
#JokowiLagi

Sumber : Seword.com
Penulis :