Satu-Persatu 'Pembela Agama Diazab', Karma Itu Berat Kawan

Tidak terasa Ahok sudah hampir bebas. Vonis penjara ia jalani dengan bahagia. Bebas bersyarat dia tolak. Penjara ternyata tidak mematikan integritasnya sebagai manusia unggul.

Saat para pejabat berlomba-lomba korupsi, baik yang ketahuan maupun tidak ketahuan, Ahok malah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk Jakarta. Ia melayani Jakarta dengan totalitas tanpa batas. Pagi-pagi ia sudah mendengarkan keluhan warganya dan langsung memberi solusi saat itu juga. Setelah itu ia mengerjakan rutinitas harian sebagai seorang gubernur. Wajah Jakarta pun berubah. Luar biasa.

Jadi bukan tanpa alasan banyak orang memujinya, di Jakarta, di daerah lain bahkan dunia. Kerjanya nyata, memahami persoalan, dan tegas terhadap bawahan. Sulit mencari pejabat seperti ini di Indonesia.

Totalitas Ahok melayani Jakarta lenyap hanya gara-gara ayat-ayat suci. Niat Ahok hanya mengingatkan warganya agar tidak mau dibohongi oleh politisi dengan ayat-ayat suci. Kurang baik apa Ahok mengingatkan warganya agar tidak tertipu? Tetapi peringatan Ahok dipelintir, videonya dipotong dan dianggap sebagai penistaan terhadap agama.

Ribuan sampai jutaan orang demo menuntut Ahok agar dihukum dan dipenjara. Sayembara untuk kepala Ahok pun diteriakkan mereka yang katanya bela agama. Pemerintah dihujat. Presiden pun ikut dikait-kaitkan. Mobilisasi massa dari luar Jakarta pun tak terhindarkan. Segala upaya dikerahkan demi memenjarakan seseorang yang dengan lantang menyerukan agar warga jangan mau dibohongi pakai ayat-ayat suci.

Ternyata oh ternyata. Di antara mereka terdapat para pembela agama yang sejahat setan. Ada penipu jemaah calon haji dan umroh. Ada gubernur koruptor. Ada bupati koruptor. Dan ada pentolan FPI yang pengecut takut menghadapi hukum.

Pada saat bela agama mereka tampak seperti malaikat yang berjuang untuk Allah. Seolah mereka bersih tanpa dosa. Seolah tujuan mereka murni mencintai agama. Kita tidak tahu siapa mereka sebenarnya.

Tapi Allah tidak diam. Allah sepertinya sudah gerah dengan tingkah laku dan kebusukan hati mereka. Satu persatu kebusukan mereka terbongkar. Yang satu ternyata pengecut, pecundang sekaligus penipu. Katanya mau ibadah, tapi nyatanya mau lari ke Arab untuk menghindari bertumpuk kasus hukum. Sudah begitu masih saja teriak pelariannya sebagai mengikuti jalan Allah, hijrah. Hijrah matamu, cuk.

Yang satu lagi ternyata menipu ribuan umat yang mau menunaikan ibadah suci mereka ke tanah suci. Sungguh tega. Padahal umat itu mengumpulkan sedikit demi sedikit penghasilan mereka selama bertahun-tahun demi tujuan suci, ibada haji dan umroh. Sayangnya niat suci mereka dipandang AbuTours sebagai kesempatan untuk melaksanakan niat busuk, kaya dari jeritan tangis para jemaah haji dan umroh. Mirisnya, diduga juga dana itu digunakan untuk mendanai aksi-aksi bela agama sebelumnya. Ahh pilunya jemaah haji dan umroh di tengah kesucian palsu pembela agama. Allah kemudian membukakan kebejatan mereka melalui para penegak hukum. Terbongkarlah siapa setan sebenarnya.

Tak berhenti sampai di situ. Seorang mantan artis, cakep dan gubernur, Zumi Zola juga menjadi bukti bahwa yang katanya pembela agama, yang teriak penjarakan penista agama, adalah sebenar-benarnya penista agama. Sungguh di luar dugaan siapa pun, gubernur populer ini ternyata seorang koruptor. Koruptor itu merugikan negara dan terutama rakyat. Koruptor itu mencuri yang bukan haknya. Koruptor itu ternyata ikut membela agama. Ironis memang, teriak bela agama, ternyata kelakuannya jauh dari ajaran agama bahkan menista agama. Penista teriak penjarakan penista. Gusti Allah mboten sare.

Maunya kita cukuplah mereka yang menjadi bukti bahwa yang teriak bela agama adalah juga penista. Tetapi kembali salah satu alumni 212, Bupati Lampung Selatan Zaenuddin, yang katanya juga ulama dihormati di wilayahnya, tertangkap tangan melakukan tindak pidana khusus korupsi. Diduga korupsi dana infrastruktur daerahnya. Jadilah bertambah jajaran pembela agama yang sebenar-benarnya penista.

Apakah hanya mereka ini? Sabar. Satu-persatu dosa mereka akan dibukakan. Akan tiba waktunya kebejatan mereka akan terbongkar. Allah tidak mungkin membiarkan setan terus-menerus menipu umat-Nya.

Azab Allah itu ada kawan. Allah punya cara tersendiri dalam mewujudkan kehendaknya. Kehendaknya tersembunyi dalam segala ciptaan-Nya. Bayangkan pembela agama disuruh belajar menjadi pemimpin jujur dari seorang 'kafir' dan penista. Saya jadi ingat, ukuran yang kamu gunakan mengukur kesalehan orang lain akan diukurkan juga kepadamu.

Siapa menyangka justru si penista itu sekarang adalah salah satu bukti bahwa masih ada pemimpin di negeri ini yang tulus melayani rakyat. Si penista membawa harapan bangsa dipimpin pemimpin berintegritas, jujur, adil dan penuh tanggung jawab. Sampai-sampai pemimpin seiman yang dimenangkan dengan jual ayat dan ancam mayat pun dipaksa belajar memimpin DKI dari si penista. Si pemimpin seiman ternyata jauh tidak lebih baik dari pada si penista. Waktunya mereka diazab dan Ahok dimuliakan.

Salam dari rakyat jelata

Tweet

Jangan sampai ketinggalan postingan-postingan terbaik dari Blog Opini. Berlangganan melalui email sekarang juga:

Atau sobat juga bisa follow Blog Opini dengan mengklik tombol di bawah ini:

Artikel keren lainnya:

Ditulis oleh LEHNDELOG pada tanggal Thursday, October 4, 2018